ADAPTASI UNTUK JENIS-JENIS BENCANA
Adaptasi bencana adalah serangkaian upaya atau cara manusia untuk bertahan hidup (survive) dengan melakukan penyesuaian lingkungan. Pola adaptasi muncul dalam berbagai bentuk yang dapat dilihat ketika manusia mengubah perilakunya sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar. Hal tersebut juga berarti manusia dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadinya (Huda, 2016).
1. ADAPTASI BENCANA ALAM
A. Banjir
Adaptasi yang dilakukan manusia dalam menghadapi bencana banjir meliputi berbagai tindakan perbaikan, rekayasa, ataupun perubahan dalam beberapa aspek kehidupan (Huda, 2016). Terdapat beberapa bentuk adaptasi terhadap banjir.

Gambar Anak Sekolah Berangkat Menggunakan Perahu Saat Banjir
Sumber : Detik.com
1. Adaptasi Aktif
Adaptasi aktif adalah strategi optimalisasi sumber daya manusia untuk aktivitas kehidupan sehari-hari dalam menghadapi dinamika lingkungan. Contohnya menjadi tukang ojek perahu, meninggikan pondasi/lantai rumah, membangun rumah menjadi dua lantai, dan meninggikan perlengkapan rumah tangga dengan berbagai teknik tertentu.
2. Adaptasi Pasif
Adaptasi pasif ialah strategi mengubah diri sesuai dengan keadaan ling- kungan yang sifatnya pasif. Contoh adaptasi pasif terhadap bencana banjir yaitu pengetahuan perkiraan bulan hujan yang berisiko banjir, sehingga masyarakat dapat mempersiapkan diri. Masyarakat petani yang menjadi korban banjir, mereka menerapkan pertimbangan untuk mendahulukan keselamatan (safiety first).
3. Adaptasi Sosial
Adaptasi sosial ketika menghadapi bencana banjir diwujudkan dalam bentuk gotong royong dan meningkatkan rasa solidaritas antar warga. Masyarakat saling ikut membagikan makanan, membantu mengevakuasi, membetulkan rumah, membuat posko pengungsian, dapur umum, dll.
3. Adaptasi Ekonomi
Dalam menghadapi banjir, adaptasi ekonomi masyara- kat meliputi bantuan gratis dari lembaga-lembaga sosial seperti bantuan makanan, pakaian, dan sebagainya. Untuk mengurangi kerugian dan kerusakan pada perlengkapan rumah tangga, masyarakat akan menempatkan barang penting pada tempat tinggi agar tidak tergenang air.
3. Adaptasi Budaya
Ketika bencana banjir datang masyarakat akan mengadakan tahlilan dan doa Bersama. Sebagian masyarakat masih ada yang melakukan sedekah bumi sebagai bentuk adat istiadat yang dipertahankan sampai sekarang. Selain itu, pembuatan floodway atau sudetan juga mengurangi risiko terjadinya banjir.
B. Tanah Longsor
Adaptasi bencana tanah longsor dapat menggunakan konsep Berry John (1980) yaitu adaptation by reaction, adaptation by adjustment dan adaptation by with drawal. Adaptation by reaction adalah adaptasi yang dilakukan dengan penanaman beberapa pohon di lokasi yang terkena tanah longsor. Adaptation by adjustment, strategi perubahan perilaku masyarakat terhadap lingkungan agar menjadi lebih baik. Adaptation by reaction yaitu adaptasi dengan cara keluar dari lingkungan tempat tinggal yang rawan ke tempat yang lebih aman.

Gambar Terasering Lahan Pertanian
Sumber : Grid.id
C. Gempa Bumi
Perubahan bentuk dan konstruksi bangunan permukiman masyarakat sesuai dengan syarat dan standar kelayakan hunian di wilayah yang mereka tempati. Perubahan konstruksi rumah sebagai bentuk adaptasi terhadap bencana gempa bumi merupakan wujud strategi adaptasi fisik (Jauhari, 2018). Selain itu, adaptasi masyarakat juga dapat dilakukan dengan membangun aktivitas yang dapat menjaga ketahanan pangan mereka, seperti aktivitas living fiood bank yaitu menanam tanaman palawija, kelapa, jengkol, rambutan, pisang, ubi kayu, ubi jalar, dan sebagainya. Upaya tersebut dimaksudkan apabila suatu saat terjadi gempa, masyarakat tetap mempunyai persediaan pangan.

Gambar Pondasi Rumah Tahan Gempa
Sumber : Tribunnews.com
D. Kekeringan
Bencana kekeringan berkaitan dengan ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Beberapa adaptasi untuk menghadapi bencana kekeringan yang dapat dilakukan masyarakat antara lain: 1) meningkatkan daya dukung DAS (Daerah Aliran Sungai) sebagai daerah resapan air; 2) membangun, mengelola, dan/atau merehabilitasi bendungan, dam, waduk, dan reservoir kapasitas besar debit musiman (termasuk dengan memanfaatkan teknologi satelit, weather fiorecasting, dsb); 3) mengembangkan teknologi irigasi baru untuk intensifikasi pertanian (spray and drip irrigaīion) sekaligus untuk penghematan air; dan 4) menyelenggarakan program kampanye hemat air (DPU (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).

Gambar Pembuatan Kolam Penampungan Air Oleh Petani Groogan
Sumber : Swadayaonline.com
E. Kebakaran Hutan dan Lahan
Setiap masyarakat memiliki adaptasi sendiri dalam menghadapi sebuah bencana. Adaptasi bencana yang akan diuraikan berikut ini akan mengulas sebuah adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat daerah rawan bencana kebakaran hutan dan lahan yaitu Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti yang terdiri dari 4 jenis adaptasi.
Adaptasi masyarakat Desa Sungai Tohor (Zatul, 2021) antara lain: 1) Adaptasi fisik, yaitu dengan membuat sekat kanal dan embung di lahan sebagai cadangan menampung air untuk kebun dan saat terjadi kebakaran; 2) Adaptasi ekonomi, masyarakat mengerjakan beberapa pekerjaan untuk sumber pendapatan sebagai petani, buruh potong, dan buruh angkut tual sagu; 3) Adaptasi struktural, masyarakat mengupayakan berbagai aktivitas ramah lingkungan gambut dan melakukan kerjasama dengan pemerintah dan kelembagaan desa; dan 4) Adaptasi kultural, masyarakat menghindari kebiasaan membuka lahan dengan memerun (budaya masyarakat Desa Sungai Tohor).

Gambar Pembuatan Embung Untuk Mencegah Perembetan Api Saat Terjadi Kebakaran
Sumber : agroindonesia.co.id
E. Angin Puting Beliung
Puting beliung bersifat merusak hingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, serta dampak psikologis. Untuk meminimalisir risiko akibat puting beliung, masyarakat perlu beradaptasi dengan meningkatkan struktur fisik bangunan hunian, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam menghadapi bencana puting beliung (Hermon, 2019).

Gambar Konstruksi Rumah Tahan Angin
Sumber : perkim.id
E. Tsunami
Upaya adaptasi dalam menghadapi bencana tsunami diantaranya: 1) mengaktifkan partisipasi masyarakat wilayah pesisir yang mempunyai pengala- man dan pengetahuan terkait bencana gempa yang berpotensi tsunami; 2) melakukan pembangunan tembok pemecah gelombang atau breakwaīer; 3) pemasangan papan penunjuk jalur evakuasi, 4) rambu-rambu penunjuk ke- terdapatan arus balik di pantai, 5) pembangunan tanggul laut atau seawall, dan 6) rambu-rambu penunjuk jalur evakuasi yang memberikan arahan pada pengunjung maupun masyarakat ketika terjadi tsunami.
Program edukasi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan sosialisasi secara berkala tentang rawan bencana, desa tangguh bencana, dan kelompok siaga bencana. Partisipasi masyarakat merupakan sesuatu yang fundamental. Masyarakat berperan sejak awal perencanaan, termasuk saat rehabilitasi, dan saat terjadi bencana (Osti, 2004).

Gambar Pemasangan Tetrapod
Sumber : asiacon.co.id
E. Letusan Gunung Berapi
Masyarakat dapat beradaptasi dengan beberapa upaya. Upaya adapatasi dari bencana gunung meletus diantaranya pembuatan rumah yang kokoh, dinding rumah yang tebal dan atap rumah yang tahan terhadap hujan air dan hujan abu. Masyarakat dapat menggunakan masker dan menggunakan pakaian tebal supaya dapat terhindar dari dinginnya udara pegunungan dan letusan abu vulkanik (Yulisar et al., 2019).

Gambar Kontruksi Atap Rumah Kokoh Untuk Menahan Abu Vulkanik
Sumber : mdskontraktor.co.id
2. ADAPTASI BENCANA NON ALAM
A. Kegagalan Teknologi
Sebagai upaya pengurangan risiko bencana kegagalan teknologi maka beberapa adaptasi yang dapat dilakukan adalah membatasi dan mengurangi kapasitas penampungan bahan kimia yang berbahaya dan mudah terbakar, meningkatkan standar keselamatan. Adaptasi terhadap bencana kegagalan teknologi melibatkan serangkaian tindakan dan strategi untuk mengidentifikasi, mengurangi risiko, dan memitigasi dampak dari kegagalan teknologi yang dapat terjadi. Bencana kegagalan teknologi dapat mencakup gangguan dalam sistem informasi, infrastruktur telekomunikasi, atau kegagalan peralatan kritis. Berikut adalah beberapa aspek adaptasi terhadap bencana kegagalan teknologi:
1. Pemulihan dan Backup Sistem
Mengembangkan strategi pemulihan bencana dan menyediakan sistem cadangan (backup) untuk mengatasi kegagalan perangkat keras atau perangkat lunak kritis. Ini melibatkan perencanaan yang matang dan uji coba rutin untuk memastikan kesiapsiagaan.
2. Pemantauan dan Deteksi Dini
Menerapkan sistem pemantauan dan deteksi dini untuk mengidentifikasi potensi kegagalan sebelum mereka berdampak besar. Ini dapat mencakup penggunaan sensor, pemantauan jarak jauh, dan teknologi pemantauan otomatis.
3. Pelatihan dan Kesiapsiagaan Personel
Melibatkan pelatihan reguler bagi personel yang terlibat dalam pengelolaan dan pemeliharaan teknologi untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menanggapi dan memulihkan sistem setelah kegagalan.
5. Rencana Evakuasi dan Evakuasi
Mengembangkan rencana evakuasi dan evakuasi yang melibatkan pemindahan personel dan penduduk dari area yang terpengaruh oleh kegagalan teknologi. Ini penting terutama jika kegagalan teknologi dapat menyebabkan dampak kesehatan atau keamanan yang serius.
6. Komitmen Terhadap Standar Keselamatan
Memastikan bahwa sistem teknologi mematuhi standar keselamatan dan regulasi yang berlaku untuk mengurangi risiko kegagalan teknologi yang dapat membahayakan manusia, lingkungan, atau harta benda.
7. Kerjasama dan Koordinasi
Membangun kerjasama dan koordinasi yang baik antara lembaga pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk memfasilitasi tanggapan yang cepat dan efektif terhadap kegagalan teknologi.
8. Investasi dalam Teknologi Tanggap Darurat
Mengalokasikan sumber daya untuk investasi dalam teknologi tanggap darurat, termasuk alat-alat dan sistem yang dapat digunakan dalam situasi darurat.
3. Dampak Kegagalan Teknologi
-
Pabrik atau kendaraan pabrik maupun pegawai.
-
Penumpang atau penduduk serta bangunan di sekitarnya.
-
Cadangan pangan/tanaman pertanian , sumber air, flora dan fauna, di
-
Daerah sekitarnya (dapat mencapai ratusan kilometer dalam kasus seperti radioaktif serta polutan yang tersebar dari udara).
B. Kegagalan Modernisasi
-
Evaluasi Dampak Sosial dan Ekologis
Melakukan evaluasi dampak menyeluruh terhadap masyarakat dan lingkungan sebelum, selama, dan setelah proses modernisasi. Ini dapat membantu mengidentifikasi potensi risiko dan membimbing perubahan yang berkelanjutan.
-
Partisipasi Masyarakat
Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait modernisasi. Memahami kebutuhan dan pandangan masyarakat lokal dapat membantu mengurangi potensi ketidaksetujuan dan konflik.
-
Pemberdayaan Lokal
Membangun kapasitas dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat modernisasi. Ini dapat melibatkan pelatihan, pendidikan, dan pengembangan keterampilan.
-
Pemeliharaan Kearifan Lokal
Menilai dan memelihara pengetahuan tradisional dan kearifan lokal yang dapat membantu masyarakat menghadapi perubahan. Integrasi antara aspek modern dan tradisional dapat membantu mencapai keberlanjutan.
-
Konservasi Lingkungan
Menekankan pentingnya konservasi lingkungan dalam upaya modernisasi untuk mencegah degradasi alam dan meminimalkan risiko bencana seperti banjir, tanah longsor, dan perubahan iklim.
-
Manajemen Risiko Bencana
Menerapkan pendekatan manajemen risiko bencana yang menyeluruh untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengurangi risiko terkait modernisasi. Ini melibatkan perencanaan darurat, simulasi, dan perencanaan adaptasi.
-
Keamanan Pangan dan Air
Menyusun strategi keamanan pangan dan air yang berkelanjutan, mengingat bahwa modernisasi dapat mempengaruhi produksi pangan, ketersediaan air, dan keberlanjutan sumber daya alam.
-
Inklusivitas dan Keadilan Sosial
Memastikan bahwa modernisasi dilaksanakan secara inklusif dan adil, tanpa meninggalkan kelompok masyarakat yang rentan atau mengalami ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya dan manfaat modernisasi.
-
Pengembangan Infrastruktur Tahan Bencana
Merancang dan membangun infrastruktur yang tahan bencana untuk mengurangi risiko dan dampak bencana terkait modernisasi, seperti bangunan yang kokoh dan sistem peringatan dini.
-
Peningkatan Keberlanjutan Ekonomi
Mengembangkan model ekonomi yang berkelanjutan untuk memitigasi dampak modernisasi terhadap ekosistem ekonomi lokal dan global.
C. Wabah Penyakit
Berikut adalah beberapa aspek adaptasi terhadap bencana wabah penyakit:
-
Surveillance dan Pemantauan Kesehatan
Meningkatkan sistem surveilans dan pemantauan kesehatan untuk mendeteksi secara dini gejala wabah dan memahami pola penyebarannya.
-
Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
Mengedukasi masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan, gejala wabah, dan tindakan yang harus diambil untuk melindungi diri sendiri dan orang lain.
-
Perencanaan Tanggap Darurat
Membuat dan memperbarui rencana tanggap darurat kesehatan masyarakat yang mencakup identifikasi peran dan tanggung jawab semua pihak terkait dalam penanggulangan wabah penyakit.
-
Penguatan Sistem Kesehatan
Meningkatkan kapasitas dan daya dukung sistem kesehatan untuk menangani beban penyakit yang meningkat selama wabah. Ini melibatkan perawatan pasien, perlindungan tenaga kesehatan, dan peralatan medis yang cukup.
-
Persiapan Fasilitas Kesehatan
Memperkuat fasilitas kesehatan untuk menangani wabah, termasuk mempersiapkan tempat tidur tambahan, memastikan pasokan obat-obatan, dan menyediakan perlengkapan pelindung bagi petugas medis.
-
Isolasi dan Karantina
Menyusun rencana dan fasilitas isolasi dan karantina untuk mengendalikan penyebaran penyakit dan merawat individu yang terinfeksi atau terpapar.
-
Vaksinasi dan Imunisasi
Mengembangkan dan melaksanakan program vaksinasi yang efektif untuk melindungi populasi dari penyakit menular tertentu, serta memastikan ketersediaan dan aksesibilitas vaksin.
-
Komunikasi Krisis
Meningkatkan kapasitas komunikasi krisis untuk menyampaikan informasi yang akurat, tepat waktu, dan dapat dipahami kepada masyarakat, serta merespons rumor dan disinformasi.
-
Kerjasama Internasional
Membangun kerjasama dan koordinasi dengan lembaga kesehatan internasional, organisasi non-pemerintah, dan negara-negara tetangga untuk berbagi informasi, sumber daya, dan dukungan dalam menanggulangi wabah penyakit.
-
Pemulihan Kesehatan Mental
Menyediakan dukungan psikososial dan pemulihan kesehatan mental bagi individu yang terpengaruh secara langsung atau tidak langsung oleh wabah penyakit.
-
Pencegahan Penyebaran di Tempat Umum
Menerapkan langkah-langkah pencegahan di tempat umum, seperti pembatasan pergerakan, penggunaan masker, dan praktik-praktik kebersihan yang meningkatkan kesadaran tentang risiko penyebaran penyakit.
2. BENCANA SOSIAL
A. Konflik Sosial
-
Pendidikan dan Kesadaran
Meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat terkait konflik sosial, hak asasi manusia, dan perdamaian dapat membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang akar penyebab konflik dan cara untuk mencegahnya.
-
Penguatan Masyarakat
Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam hal konflik resolusi, dialog antarkelompok, dan manajemen konflik dapat membantu mereka menjadi lebih tahan terhadap dampak konflik sosial.
-
Pengembangan Sumber Daya Lokal
Memperkuat sumber daya lokal, seperti ekonomi lokal, pertanian, dan sumber daya alam, dapat membantu mengurangi ketegangan ekonomi yang dapat menjadi pemicu konflik. Hal ini juga dapat memberikan keberlanjutan ekonomi di tengah konflik.
-
Pendekatan Partisipatif
Melibatkan masyarakat secara aktif dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program-program yang bertujuan untuk mengurangi dampak konflik sosial dapat meningkatkan efektivitas dan penerimaan program tersebut.
-
Perlindungan Warga Sipil
Membangun mekanisme perlindungan untuk warga sipil, terutama kelompok yang rentan seperti perempuan, anak-anak, dan orang tua, adalah aspek penting dari adaptasi terhadap konflik sosial.
-
Pembangunan Perdamaian dan Rekonsiliasi
Mendorong inisiatif perdamaian dan rekonsiliasi antarkelompok dapat membantu membangun hubungan positif dan mengurangi ketegangan yang dapat memicu konflik.
-
Bantuan Kemanusiaan dan Tanggap Darurat
Meningkatkan kapasitas untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan respons cepat dalam situasi konflik dapat membantu menyediakan kebutuhan dasar dan melindungi warga yang terdampak.
-
Kebijakan dan Diplomasi
Mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang mendukung resolusi konflik, perdamaian, dan pembangunan sosial dapat membantu mengurangi risiko dan dampak konflik sosial.
B. Aksi Teror
-
Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan
Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai ancaman terorisme, mengenali tanda-tanda potensial, serta memberikan pemahaman tentang tindakan yang dapat diambil untuk melindungi diri sendiri dan orang lain.
-
Pengembangan Sumber Daya Keamanan
Meningkatkan kekuatan keamanan di fasilitas-fasilitas kritis, seperti bandara, stasiun kereta, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat umum lainnya. Ini dapat mencakup peningkatan pengamanan fisik, pemeriksaan keamanan, serta penggunaan teknologi keamanan canggih.
-
Penggunaan Teknologi Keamanan
Mengadopsi teknologi keamanan tinggi, seperti pengawasan kamera, deteksi bahan peledak, dan sistem pengamanan pintu masuk, dapat membantu dalam mendeteksi dan mencegah serangan teror.
-
Pelatihan Keamanan
Memberikan pelatihan keamanan bagi masyarakat umum, petugas keamanan, dan personel layanan darurat untuk merespons dengan cepat dan efektif dalam situasi darurat terorisme.
-
Perlindungan Terhadap Tempat Ibadah
Mengamankan tempat-tempat ibadah dan situs-situs religius untuk melindungi para jemaah dari potensi serangan teroris.
-
Kerjasama Antarlembaga dan Internasional
Membangun kerjasama yang kuat antara berbagai lembaga keamanan, pemerintah daerah, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk berbagi informasi dan sumber daya yang dapat membantu mencegah serangan terorisme.
-
Pengembangan Sistem Peringatan Dini:
Membangun dan memperkuat sistem peringatan dini yang dapat memberikan info cepat dan akurat tentang potensi serangan teror.
-
Manajemen Respons Terorisme
Meningkatkan kapasitas respons terhadap serangan terorisme, termasuk pemulihan pasca-serangan dan penanganan korban, serta membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat.
-
Kebijakan Pencegahan dan Deradikalisasi
Melibatkan kebijakan yang mendorong pencegahan terorisme dan deradikalisasi, termasuk program-program yang menyasar pengembangan masyarakat dan pencegahan ekstremisme.
lanjut kuyy
Setiap usaha yang kamu lakukan untuk belajar adalah investasi pada dirimu sendiri. Teruslah bersemangat, karena setiap pengetahuan yang kamu dapatkan membawa kamu lebih dekat pada impian dan tujuanmu
